IMG-LOGO

Profil Potensi Desa

Create By 09 July 2023 Views

 

Potensi Masyarakat Giripurno, Borobudur, Magelang 

 

Profesi petani merupakan profesi mayoritas masyarakat Desa Giripurno. Jenis pertanian yang banyak ditanam adalah cengkeh, jagung, ketela pohon, cabe, padi, dan berbagai tanaman palawija lain. Namun lahan yang paling banyak ditemukan di Desa Giripurno adalah lahan tanaman cengkeh yaitu seluas 50 Ha. Sistem pertanian di Desa Giripurno menggunakan sistem tumpang sari. Setiap lahan pertanian mayoritas terdiri dari tanaman cengkeh dan tanaman palawija. Hal tersebut dikarenakan tanaman cengkeh merupakan jenis tanaman yang hasilnya hanya dapat dipanen satu kali setiap tahun. Sehingga masyarakat perlu menanam tanaman lain sebagai penghasilan tambahan dan kebutuhan sehari-hari.

  

Selain sebagai petani, mayoritas masyarakat Desa Giripurno memiliki hewan ternak. Hampir setiap rumah memiliki hewan ternak seperti kambing dan unggas sebagai peliharaan dan sebagai bentuk tabungan. Desa Giripurno memiliki potensi di bidang  peternakan terutama pada komoditas kambing. Jenis kambing yang banyak dipelihara oleh masyarakat Giripurno adalah jenis kambing jawa dan beberapa ada yang memelihara kambing peranakan etawa (PE). Kambing jenis ini dibudidayakan di Dusun Miriombo Kulon. Adanya potensi peternakan terutama di komoditas kambing ini belum tergali potensinya dengan baik karena saat ini mayoritas masyarakat Desa Giripurno masih melakukan budidaya secara tradisional dan dilakukan secara individu. 

 

Potensi Wisata Alam di Giripurno, Borobudur, Magelang

 

Desa Giripurno berjarak sekitar 8 Km dari Candi Borobudur. Desa Giripurno berada di kawasan dataran tinggi didukung dengan kondisi alamnya yang masih alami dan udara yang sejuk. Desa Giripurno juga memiliki pemandangan alam yang indah menjadi salah satu potensi wisata yang dapat dikembangkan. Terdapat beberapa wisata alam yang ada di Desa Giripurno. Salah satunya adalah gardu pandang Ketepeng Hill yang berada di Dusun Gayam Desa Giripurno. Saat ini wisata Ketepeng Hill belum diresmikan. Hal tersebut dikarenakan masih memperbaiki akses ke tempat wisata tersebut. Namun sudah ada beberapa wisatawan yang mengunjungi tempat tersebut dikarenakan gardu pandang sudah selesai dibangun.

  

Selain gardu pandang, wisata alam yang ada di Desa Giripurno adalah air terjun. Terdapat air terjun yang sudah dibuka untuk umum. Air terjun tersebut berada di Dusun Miriombo Wetan. Namun kendala dari wisata ini adalah hanya bisa dinikmati ketika musim hujan. Ketika musim kemarau, debit air yang sedikit sehingga membuat air terjun tidak mengalir. Nama air terjun tersebut adalah air terjun Watuploso. Terdapat dua jenis kepemilikan aset wisata di Desa Giripurno. Ada sebagian yang milik lahan pribadi. Namun ada juga yang milik lahan pemerintah. Misalnya kepemilikan tempat wisata air terjun Watuploso. Lahan tempat wisata air terjun Watuploso adalah lahan milik pribadi. Sehingga pengelolaanya dilakukan secara pribadi. Mulai dari pembangunan fasilitas sampai pengelolaan tiket masuk semua ditentukan oleh pemilik lahan. Pemerintah desa tidak berkontribusi dalam pengembangan wisata tersebut. Sehingga keberadaan wisata tersebut terkesan kurang terawat seiring terbatasnya dana dari pemilik lahan. Sedangkan ada tempat wisata di Desa Giripurno yang lahannya dimiliki oleh pemerintah, yaitu Ketepeng Hill. Pembangunan akses dan fasilitas di kawasan wisata tersebut menggunakan dana dari pemerintah desa.

 

Potensi Wisata Religi dan Wisata Budaya di Giripurno, Borobudur, Magelang

  

Desa Giripurno memiliki petilasan Sunan Kalijaga yang  terdapat mata air. oleh penduduk setempat mata air tersebut diberi nama Sibandhot.  Mata  air Sibandhot ini dipercaya oleh sebagian orang dapat membawa berkah.  Mata air Sibandhot ini biasanya digunakan untuk  meraup berkah  agar keinginannya terkabul. Mata air Sibandhot biasanya dikunjungi pada malam jumat kliwon dan selasa kliwon. Selain sebagai tempat berdoa,  mata air Sibandhot ini juga memiliki acara rutin . Acara rutin yang diadakan di mata air Sibandhot ini diadakan setiap dua tahun sekali setiap bulan sapar. Acara ini dinamakan “saparan”.  Acara saparan yaitu memeteri petilasan Sunan Kalijaga di mata air Sibandhot. Acaranya seperti sedekah desa dengan menyembelih kambing oleh tiga dusun, masing-masing Kepala Dusun menyumbang satu kambing (Kepala Dusun Pokoh, Kepala Dusun Gayam, Kepala Dusun Jombor). Selain itu juga ada warga perorangan yang menyumbang kambing untuk disembelih. Sehingga total setiap acara sarapan berlangsung terdapat 11-13 kambing yang disembelih. Acara tersebut tidak hanya diikuti oleh warga di tiga dusun tersebut tapi juga dari desa lain. Acara saparan ini biasanya diikuti ribuan orang yang berasal dari Desa Giripurno dan masyarakat luar Giripurno. Sedangkan jika dilihat dari aspek potensi wisata budaya, Desa Giripurno memiliki banyak kelompok kesenian tradisional yang masih lestari. Kelompok kesenian tersebut adalah Kelompok Cahaya Rimba (topeng ireng), Giri Mandala (ketoprak), Margo Rukun (lengger), Krido Turonggo (jatilan), Wahyu Turonggo (jatilan), Marsudi Budaya (wayang wong), Taruna Muda (kubro dangdut).

 

 

Referensi:

- https://ejournal.uin-suka.ac.id/dakwah/JMD/article/view/81-05